Gejala Sifilis pada Ibu Hamil dan Cara Mencegahnya
Sifilis, atau raja singa adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi jika tidak diobati. Pada ibu hamil, penyakit ini dapat menular ke janin melalui plasenta, kondisi yang dikenal sebagai sifilis kongenital.
Penularan ini berisiko menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, atau berbagai gangguan kesehatan pada bayi. Oleh karena itu, penting untuk mendeteksi dan mencegah sifilis sejak dini guna menjaga kehamilan tetap sehat, serta meminimalkan risiko janin atau bayi terkena sifilis.
Gejala Sifilis pada Ibu Hamil
Sifilis pada ibu hamil memiliki gejala yang bervariasi sesuai dengan tahap infeksi yang dialami. Berikut adalah gejala penyakit raja singa pada setiap tahapnya:
1. Sifilis Tahap Primer
Sifilis tahap primer biasanya terjadi 10–90 hari setelah terpapar bakteri. Gejala utamanya adalah munculnya luka kecil (chancre) yang tidak terasa sakit pada area genital, mulut, atau anus. Luka ini sering tidak disadari karena tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya akan hilang sendiri dalam 3–6 minggu.
Meskipun luka sembuh, bakteri penyebab sifilis tetap ada di dalam tubuh, sehingga infeksi dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Pada ibu hamil, sifilis tahap primer memiliki risiko tinggi menular ke janin. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sifilis sejak trimester pertama kehamilan.
2. Sifilis Tahap Sekunder
Setelah 2–12 minggu sejak luka chancre menghilang, sifilis memasuki tahap sekunder. Gejala yang dapat muncul pada ibu hamil meliputi:
-
Ruam merah di tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki
-
Demam
-
Sakit tenggorokan
-
Rambut rontok
-
Sakit kepala
-
Nyeri otot
-
Pembengkakan kelenjar getah bening
-
Penurunan berat badan
Sama seperti pada tahap primer, gejala tahap sekunder juga dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi infeksi tetap aktif di tubuh. Jika tidak diobati, penyakit raja singa tahap sekunder dapat menyebabkan komplikasi serius pada janin.
3. Sifilis Tahap Laten
Sifilis tahap laten adalah fase tanpa gejala yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Pada ibu hamil, infeksi di tahap ini lebih sulit terdeteksi tanpa pemeriksaan laboratorium. Namun, risiko penularan ke janin tetap ada, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan tahap primer atau sekunder. Penanganan medis pada tahap laten bertujuan untuk mengurangi risiko komplikasi pada ibu dan janin.
4. Sifilis Tahap Tersier
Sifilis tahap tersier merupakan tahap paling serius, yang biasanya muncul 10–30 tahun setelah infeksi awal. Gejalanya meliputi kerusakan organ tubuh, termasuk otak, jantung, pembuluh darah, dan saraf. Pada ibu hamil, sifilis tahap tersier sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan fatal pada janin, seperti kelahiran prematur, cacat lahir, hingga bayi lahir mati.
Bahaya Sifilis pada Ibu Hamil dan Janin
Sifilis pada ibu hamil tidak hanya membahayakan kesehatan sang ibu, tetapi juga dapat berdampak serius pada janin. Berikut adalah beberapa dampak sifilis bagi ibu hamil dan janin, antara lain:
-
Keguguran: Infeksi sifilis yang tidak diobati dapat meningkatkan risiko keguguran, terutama jika terjadi pada trimester awal kehamilan. Bakteri penyebab sifilis dapat menembus plasenta dan merusak perkembangan janin, sehingga kehamilan tidak dapat bertahan.
-
Bayi Lahir Mati (Stillbirth): Infeksi sifilis dapat menyebabkan janin meninggal dalam kandungan. Kondisi ini biasanya terjadi akibat komplikasi infeksi yang mengganggu fungsi organ vital janin selama kehamilan.
-
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR): Bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis sering kali memiliki berat badan di bawah normal (<2,5 kg). Hal ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghambat pertumbuhan janin di dalam rahim.
-
Kelahiran Prematur: Infeksi sifilis dapat memicu persalinan prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi prematur berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan, seperti masalah pernapasan dan gangguan perkembangan.
-
Kematian Bayi Setelah Lahir: Bayi yang terlahir dengan sifilis kongenital sering mengalami komplikasi serius, seperti infeksi yang menyerang organ vital. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam beberapa hari atau minggu setelah kelahiran.
Diagnosis Sifilis pada Ibu Hamil
Diagnosis sifilis pada ibu hamil sangat penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin. Deteksi dini memungkinkan penanganan yang lebih cepat guna mencegah komplikasi. Berikut adalah metode diagnosis yang umum dilakukan untuk mendeteksi sifilis pada ibu hamil, antara lain:
-
Tes Darah (Serologi): Tes darah adalah metode utama untuk mendeteksi sifilis. Pemeriksaan ini mengidentifikasi keberadaan antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap infeksi bakteri. Tes ini biasanya dilakukan selama pemeriksaan kehamilan awal dan dapat diulang pada trimester kedua atau ketiga jika diperlukan.
-
Tes Cairan Luka: Jika ibu hamil memiliki luka mencurigakan di area genital, mulut, atau anus, dokter dapat mengambil sampel cairan dari luka tersebut. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mengonfirmasi keberadaan bakteri penyebab sifilis.
Ibu hamil disarankan untuk menjalani tes sifilis selama pemeriksaan kehamilan, terutama pada trimester pertama. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, risiko komplikasi pada ibu dan janin dapat diminimalkan.
Penanganan Sifilis pada Ibu Hamil
Sifilis pada ibu hamil dapat diobati dengan antibiotik penicillin. Penicillin efektif membunuh bakteri penyebab sifilis dan aman digunakan selama kehamilan. Dosis serta durasi pengobatan akan disesuaikan dengan tahap infeksi yang dialami.
Pengobatan harus dilakukan sesegera mungkin, setidaknya 30 hari sebelum persalinan, untuk mencegah komplikasi pada janin. Bagi ibu hamil yang alergi terhadap penicillin, antibiotik alternatif seperti ceftriaxone atau amoxicillin dapat dipertimbangkan, meski penicillin tetap menjadi pilihan utama.
Selain itu, pasangan seksual ibu hamil juga harus menjalani pemeriksaan dan pengobatan jika terdiagnosis sifilis. Langkah ini penting untuk mencegah reinfeksi pada ibu dan memutus rantai penularan. Ibu hamil juga dianjurkan untuk menghindari hubungan seksual tanpa kondom hingga pasangan dinyatakan bebas sifilis.
Cara Mencegah Sifilis pada Ibu Hamil
Mencegah sifilis pada ibu hamil sangat penting untuk melindungi kesehatan ibu, janin, dan pasangan. Berikut adalah beberapa cara efektif yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Gunakan Kondom saat Berhubungan Seksual
Penggunaan kondom adalah langkah utama untuk mencegah penularan sifilis. Kondom dapat digunakan untuk semua jenis aktivitas seksual, termasuk oral, vaginal, dan anal. Cara ini efektif mengurangi risiko kontak langsung dengan luka atau cairan yang dapat menularkan infeksi sifilis.
2. Lakukan Pemeriksaan IMS secara Rutin
Tes infeksi menular seksual (IMS), termasuk tes sifilis, sangat dianjurkan bagi pasangan suami-istri, terutama sebelum perencanaan kehamilan. Pemeriksaan IMS rutin ini penting untuk mendeteksi infeksi yang mungkin tidak menimbulkan gejala.
3. Lakukan Antenatal Care (ANC)
Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur sangat penting bagi ibu hamil. Selama ANC, dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan darah untuk mendeteksi adanya sifilis sejak awal kehamilan. Deteksi dini memungkinkan pengobatan segera untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin.
4. Komunikasi Terbuka dengan Pasangan
Berbicaralah secara terbuka dengan pasangan Anda tentang pentingnya pencegahan sifilis. Jika pasangan berisiko tinggi atau terdiagnosis sifilis, ia juga harus menjalani pengobatan. Langkah ini membantu mencegah reinfeksi pada ibu hamil dan memutus rantai penularan.
Konsultasi di Klinik Kirana
Jika Anda sedang hamil dan mengalami gejala sifilis, seperti luka pada area genital, ruam kulit, atau merasa ada potensi terpapar penyakit ini akibat riwayat hubungan seksual yang tidak aman, segera konsultasikan kondisi Anda dengan dokter.
Skrining penyakit kelamin, termasuk sifilis, perlu menjadi bagian dari pemeriksaan rutin, terutama selama masa kehamilan. Dengan skrining ini, infeksi sifilis dapat dideteksi sejak dini dan diobati sebelum menimbulkan dampak yang berbahaya bagi ibu dan janin.
Klinik Kirana siap membantu Anda mengatasi kekhawatiran terkait sifilis atau masalah kesehatan seksual lainnya. Dengan layanan konsultasi yang profesional, kami akan memberikan perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Klik di sini untuk Periksa Sifilis bersama Klinik Kirana.
Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana
Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial
- Tsai S, Sun MY, Kuller JA, Rhee EHJ, Dotters-Katz S. Syphilis in Pregnancy. Obstet Gynecol Surv. 2019 Sep;74(9):557-564. doi: 10.1097/OGX.0000000000000713. PMID: 31830301. Accessed 28/11/2023
- Tsimis ME, Sheffield JS. Update on syphilis and pregnancy. Birth Defects Res. 2017 Mar 15;109(5):347-352. doi: 10.1002/bdra.23562. PMID: 28398683. Accessed 28/11/2023
- Saint Lukes. Syphilis in Pregnancy - https://www.saintlukeskc.org/health-library/syphilis-pregnancy. Accessed 28/11/2023
- Department Of Health Australia. Syphilis in pregnancy https://www.healthywa.wa.gov.au/Articles/S_T/Syphilis-in-pregnancy. Accessed 28/11/2023
- March Of Dimes. Syphilis in pregnancy - https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/pregnancy/syphilis-pregnancy. Accessed 28/11/2023
Konsultasi Keluhan Anda Bersama Dokter Online. Gratis!
Langsung saja konsultasi online atau reservasi online
di nomor 082122077347 atau dapat mengklik link Konsultasi Gratis. Rahasia Terjamin.