Keputihan Anda Berbau, Kenali Penyebabnya

Ginekologi February 5, 2024
SHARE ON
Keputihan Anda Berbau, Kenali Penyebabnya

Keputihan Anda Berbau, Kenali Penyebabnya

Keputihan berbau dapat menjadi tanda adanya gangguan pada area kewanitaan, mulai dari infeksi hingga ketidakseimbangan pH vagina. Secara normal, keputihan berwarna bening atau putih dan tidak memiliki bau menyengat.

Namun, jika keputihan berbau tidak sedap, seperti amis atau busuk, kemungkinan besar penyebabnya adalah infeksi bakteri, infeksi jamur, atau faktor lain, seperti kurangnya kebersihan. Mengenali penyebab keputihan berbau dapat membantu Anda mengambil langkah yang tepat untuk mengatasinya.

13 Penyebab Keputihan Berbau

Keputihan adalah cairan alami yang berfungsi membersihkan dan melindungi vagina dari infeksi. Namun, perubahan warna, konsistensi, atau bau keputihan dapat menjadi indikasi adanya masalah kesehatan. Berikut adalah beberapa penyebab keputihan berbau, antara lain:

1. Infeksi Bakteri (Vaginosis Bakterialis)

Vaginosis bakterialis terjadi akibat ketidakseimbangan bakteri baik dan buruk di dalam vagina, terutama akibat pertumbuhan berlebihan bakteri seperti Gardnerella vaginalis. Vaginosis bakterialis umumnya dialami oleh wanita berusia 15–44 tahun dan ibu hamil.

Gejala vaginosis bakterialis meliputi keputihan berwarna putih atau abu-abu dengan bau amis yang kuat, terutama setelah berhubungan seksual. Infeksi ini sering dipicu oleh kebiasaan douching, sering berganti pasangan seksual, melakukan seks oral, atau penggunaan alat kontrasepsi tertentu.

2. Vaginitis (Radang Vagina)

Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, atau parasit. Gejalanya meliputi keputihan berwarna kuning atau hijau, berbau tidak sedap, gatal, serta rasa terbakar saat buang air kecil. Meskipun lebih jarang dibandingkan vaginosis bakterialis, vaginitis aerobik dialami oleh sekitar 7–12% wanita.

3. Infeksi Jamur (Kandidiasis)

Infeksi jamur terjadi akibat pertumbuhan berlebihan jamur Candida albicans di vagina. Gejalanya meliputi keputihan berwarna putih, kental seperti keju, disertai rasa gatal, kemerahan di sekitar vagina, serta sensasi terbakar saat buang air kecil atau berhubungan seksual..

Meskipun tidak selalu berbau menyengat, kandidiasis dapat menyebabkan keputihan berbau asam atau seperti ragi. Faktor pemicu meliputi penggunaan antibiotik, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, serta sistem kekebalan tubuh yang lemah.

4. Berhubungan Seks tanpa Kondom

Berhubungan seks tanpa kondom dapat mengganggu keseimbangan pH vagina, menyebabkan pertumbuhan bakteri berlebih, dan memengaruhi bau alami vagina. Cairan semen yang memiliki pH lebih tinggi dapat bercampur dengan cairan vagina, sehingga membuat keputihan berbau lebih menyengat.

Biasanya, bau ini akan hilang setelah mandi atau dalam 1–2 hari. Namun, jika bau tetap ada atau disertai gejala lain seperti nyeri atau keputihan abnormal, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter, karena bisa menjadi tanda penyakit menular seksual (PMS).

5. Salah Memilih Celana Dalam

Penggunaan celana dalam berbahan sintetis yang tidak menyerap keringat dapat meningkatkan kelembapan di area vagina, menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur, sehingga menyebabkan keputihan berbau tidak sedap.

Untuk mencegahnya, pilihlah celana dalam berbahan katun yang dapat menyerap keringat dengan baik. Selain itu, gantilah celana dalam secara rutin setidaknya dua kali sehari agar area vagina tetap kering dan sehat.

6. Perubahan Hormon

Perubahan hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, atau menopause dapat memengaruhi bau keputihan. Misalnya, selama menstruasi, darah yang bercampur dengan keputihan dapat menghasilkan bau yang lebih kuat atau metalik. Perubahan hormon juga dapat memengaruhi keseimbangan pH vagina, yang pada akhirnya berdampak padai bau keputihan.

7. Lupa Mengeluarkan Tampon

Tampon yang tertinggal terlalu lama di dalam vagina dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri, sehingga menyebabkan keputihan berbau busuk, infeksi, dan iritasi. Gejala lainnya mungkin berupa keputihan berwarna kuning atau cokelat, gatal, serta rasa tidak nyaman.

Tampon yang dibiarkan lebih dari 8 jam juga meningkatkan risiko toxic shock syndrome (TSS), kondisi yang ditandai dengan demam tinggi, diare, nyeri otot, ruam pada tangan dan kaki, serta sakit kepala. Jika Anda merasa ada tampon yang tertinggal, segera hubungi dokter untuk mengeluarkannya.

8. Trikomoniasis

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi keputihan berwarna putih, abu-abu, kuning atau hijau, berbau tidak sedap, gatal, serta nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual.

Infeksi ini dapat menular melalui hubungan seksual tanpa kondom atau penggunaan alat bantu seks yang tidak disterilkan. Jika tidak ditangani, trikomoniasis dapat menyebabkan komplikasi serius seperti radang panggul dan infertilitas (kemandulan).

9. Gonore

Gonore adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Infeksi ini sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Namun, jika berkembang, dapat menyebabkan keputihan berwarna kuning atau hijau dengan bau tidak sedap.

Selain itu, gonore juga dapat menyebabkan nyeri panggul dan sensasi terbakar saat buang air kecil. Jika tidak diobati, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kemandulan dan peningkatan risiko infeksi HIV.

10. Klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini sering kali tidak menunjukkan gejala. Namun, ketika muncul, dapat menyebabkan keputihan berbau tidak sedap serta berwarna kuning atau hijau.

Selain itu, klamidia juga dapat menyebabkan nyeri saat buang air kecil, gatal atau iritasi pada vagina, serta perdarahan di luar siklus menstruasi. Jika tidak diobati, klamidia dapat menyebar ke organ reproduksi, menyebabkan penyakit radang panggul dan meningkatkan risiko infertilitas.

11. Penyakit Radang Panggul

Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah infeksi pada organ reproduksi wanita, yang sering kali merupakan komplikasi dari penyakit menular seksual (PMS) seperti klamidia atau gonore yang tidak diobati.

Gejalanya meliputi keputihan berbau tidak sedap, nyeri panggul, demam, dan perdarahan di luar siklus menstruasi. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ reproduksi dan meningkatkan risiko infertilitas.

12. Herpes Genital

Herpes genital adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV). Gejalanya meliputi luka atau lepuhan di area genital, keputihan berbau tidak sedap, nyeri, gatal, dan sensasi terbakar saat buang air kecil.

Meskipun herpes genital tidak dapat disembuhkan, pengobatan dapat membantu mengurangi gejala, frekuensi kambuh, dan risiko penularan. Jika mengalami gejala ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

13. Kanker Serviks

Dalam kasus yang lebih jarang, keputihan berbau menyengat dapat menjadi tanda kanker serviks. Gejala lainnya meliputi perdarahan tidak normal, nyeri panggul, serta keputihan berwarna kecokelatan atau berdarah. Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Konsultasi di Klinik Kirana

Keputihan berbau bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi bakteri, penyakit menular seksual (PMS), hingga kebiasaan sehari-hari. Jika Anda mengalami keputihan berbau yang disertai gejala lain, seperti nyeri, gatal, atau perdarahan abnormal, segera konsultasikan dengan dokter.

Hindari penggunaan obat tanpa resep dokter dan selalu jaga kebersihan organ reproduksi Anda. Klinik Kirana siap membantu Anda mengatasi keputihan berbau, kami akan memberikan penanganan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Klik di sini untuk Periksa Keputihan.

Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana

Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial

  • Eschenbach, D., Hillier, S., Critchlow, C., Stevens, C., Derouen, T., & Holmes, K. (1988). Diagnosis and clinical manifestations of bacterial vaginosis.. American journal of obstetrics and gynecology, 158 4, 819-28 . https://doi.org/10.1016/0002-9378(88)90078-6. Accessed 08/02/2024
  • Brand, J., & Galask, R. (1986). Trimethylamine: The Substance Mainly Responsible for the Fishy Odor Often Associated With Bacterial Vaginosis. Obstetrics & Gynecology, 68, 682–685 Accessed 08/02/2024
  • Paladine, H., & Desai, U. (2018). Vaginitis: Diagnosis and Treatment.. American family physician, 97 5, 321-329 . Accessed 08/02/2024
  • Britannica, The Editors of Encyclopaedia. "leukorrhea". Encyclopedia Britannica, 30 Jan. 2024, https://www.britannica.com/science/leukorrhea. Accessed 08/02/2024.

Konsultasi Keluhan Anda Bersama Dokter Online. Gratis!

Langsung saja konsultasi online atau reservasi online
di nomor 082122077347 atau dapat mengklik link Konsultasi Gratis. Rahasia Terjamin.

Artikel Terkait