Perbedaan Keputihan Normal dan Abnormal pada Wanita

Ginekologi February 9, 2024
SHARE ON
Perbedaan Keputihan Normal dan Abnormal pada Wanita

Keputihan adalah lendir yang keluar dari vagina. Hal ini merupakan proses alami untuk membersihkan dan menjaga kelembapan vagina. Keputihan yang normal biasanya berwarna bening atau putih, tidak berbau, dan tidak menyebabkan gatal atau iritasi.

Namun, terkadang keputihan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara keputihan normal dan abnormal.

Ciri-ciri Keputihan Normal

Keputihan yang normal dapat dikenali dengan jelas secara tekstur maupun dari baunya, warna keputihan dapat menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui apakah keputihan normal atau abnormal. berikut adalah ciri keputihan normal yang perlu Anda ketahui:

  • Warna: Keputihan normal berwarna bening atau putih, seperti putih telur.

  • Bau: Keputihan normal tidak berbau atau memiliki bau yang ringan dan tidak menyengat.

  • Konsistensi: Konsistensi keputihan normal bervariasi dari cair hingga kental, dan dapat berubah sepanjang siklus menstruasi. Keputihan normal dapat berubah konsistensi dan warnanya sepanjang siklus menstruasi.

  • Gejala: Keputihan normal tidak menyebabkan gatal, iritasi, rasa perih, atau rasa tidak nyaman lainnya.

Baca disini: 5 Tips Memilih Produk Perawatan Vagina Saat Hamil

Ciri-ciri Keputihan Abnormal

Warna keputihan yang berbeda dari biasanya dapat menjadi salah satu indikator bahwa keputihan yang dialami sedang abnormal. 

Bau keputihan yang tidak normal dan warna yang berbeda dapat menjadi tanda adanya infeksi bakteri atau jamur.

  • Warna: Keputihan abnormal berwarna kuning, hijau, coklat, atau abu-abu.

  • Bau: Keputihan abnormal memiliki bau busuk yang menyengat.

  • Konsistensi: Keputihan abnormal kental dan bau amis, seperti keju cottage.

  • Gejala: Keputihan abnormal dapat menyebabkan gatal, iritasi, rasa perih, nyeri perut, demam, atau pendarahan.

Penyebab Keputihan Abnormal

Infeksi jamur adalah salah satu penyebab paling umum dari keputihan abnormal, dan sering terjadi pada wanita usia subur. Ada sebab lain mengapa keputihan Anda menjadi abnromal, seperti tertular penyakit seksual. Berikut adalah penyebab umum keputihan abnromal

  • infeksi jamur: Infeksi jamur adalah penyebab paling umum dari keputihan abnormal. Gejalanya termasuk gatal, iritasi, dan rasa perih pada vagina.

  • Infeksi bakteri: Infeksi bakteri dapat menyebabkan keputihan berwarna kuning, hijau, atau coklat, dengan bau busuk. Gejalanya termasuk gatal, iritasi, dan rasa perih pada vagina, serta rasa perih saat buang air kecil.

  • Infeksi menular seksual (IMS): IMS dapat menyebabkan keputihan abnormal, dengan berbagai gejala tergantung pada jenis IMS.

  • Atrofi vagina: Atrofi vagina adalah penipisan dan peradangan pada vagina yang terjadi setelah menopause. Gejalanya termasuk keputihan kering dan rasa perih pada vagina.

  • Ketidakseimbangan hormon: Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan perubahan pada keputihan, termasuk konsistensi, warna, dan bau.

  • Alergi atau iritasi terhadap produk sabun dan deterjen: Alergi atau iritasi terhadap produk sabun dan deterjen dapat menyebabkan keputihan abnormal.

Kesimpulan

Penting untuk memahami perbedaan antara keputihan normal dan abnormal. Keputihan abnormal bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang serius. Konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami keputihan abnormal, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti gatal, iritasi, rasa perih, nyeri perut, demam, atau pendarahan.

 

Baca artikel selanjutnya: 

  1. Keputihan Kuning berbusa dan Bau, Salah satu indikasi Trikomoniasis
  2. 5 Ciri Warna Keputihan Yang Tidak Normal Bagi Wanita

Artikel ini Disusun Oleh Mirna S. Tim Medis Klinik kirana dan Sudah ditinjau oleh : dr. Hadi Purnomo - Kepala Dokter Klinik Kirana

Baca Proses Editorial Klinik Kirana disini : Proses Editorial

  • Moodley, P., Connolly, C., & Sturm, A. (2002). Interrelationships among human immunodeficiency virus type 1 infection, bacterial vaginosis, trichomoniasis, and the presence of yeasts.. The Journal of infectious diseases, 185 1, 69-73 . https://doi.org/10.1086/338027. Accessed 10/02/2024
  • Mason, M., & Winter, A. (2016). How to diagnose and treat aerobic and desquamative inflammatory vaginitis. Sexually Transmitted Infections, 93, 10 - 8. https://doi.org/10.1136/sextrans-2015-052406. Accessed 10/02/2024
  • Patel, V., Pednekar, S., Weiss, H., Rodrigues, M., Barros, P., Nayak, B., Tanksale, V., West, B., Nevrekar, P., Kirkwood, B., & Mabey, D. (2005). Why do women complain of vaginal discharge? A population survey of infectious and pyschosocial risk factors in a South Asian community.. International journal of epidemiology, 34 4, 853-62 . https://doi.org/10.1093/IJE/DYI072. Accessed 10/02/2024
  • Uwakwe, K., Iwu, A., Obionu, C., Duru, C., Obiajuru, I., & Madubueze, U. (2018). Prevalence, pattern and predictors of abnormal vaginal discharge among women attending health care institutions in Imo State, Nigeria. Journal of Community Medicine and Primary Health Care, 30, 22-35. https://doi.org/10.4314/JCMPHC.V30I2. Accessed 10/02/2024
  • Morris, M., Nicoll, A., Simms, I., Wilson, J., & Catchpole, M. (2001). Bacterial vaginosis: a public health review. BJOG: An International Journal of Obstetrics & Gynaecology, 108. https://doi.org/10.1111/j.1471-0528.2001.00124.x. Accessed 10/02/2024

Konsultasi Keluhan Anda Bersama Dokter Online. Gratis!

Langsung saja konsultasi online atau reservasi online
di nomor 082122077347 atau dapat mengklik link Konsultasi Gratis. Rahasia Terjamin.

Artikel Terkait